Wednesday, April 16, 2014

Payung Kumuh

BY Ricky Douglas IN No comments


Aku memaku langkah pada pertigaan jalan yang terlihat pekat. Malam terlalu kelam untuk dapat teruraikan. Sedari tadi, mataku nanar memandangi pohon kecil yang tak banyak dihinggapi daun ini. Payung kumuhku mengembang, tangan ini terlalu bengal hanya sekedar untuk menyeka keringat yang mulai menampakkan taringnya.
            Hujan kali ini selalu sama. Basah yang ditawarkan alam, tak mampu mengairi kemarau panjang di rongga dada. Ulu hati terasa nyeri saat logika tak lazimku mulai bernyanyi. Sudah dua bulan tempat ini menjadi peristirahatanku dari…rindu yang mulai mencerca.
            Lihat! Bahkan untuk  berucap rindu dalam batin sendiri pun, aku masih seperti tikus yang siap dimangsa seekor kucing. Tak ada ruang untuk membebaskan bibit kecil di muara jiwaku. Sketsa wajahnya terlanjur menjadi lukisan yang kian terpatri di setiap tangisan tertahan.
            Akhirnya, aku hanya mampu menjadi benalu untuk hatiku sendiri. Bukan. Bukanlah dirimu yang terus menghujamku dengan rasa sakit! Bukan pula salah pohon sialan ini yang selalu membawa aroma tubuhmu kepadaku. Hanya saja, saat ini aku lebih memilih menjadi boneka bernyawa. Hah, persetan dengan takdir!

BIODATA NARASI
Ricky Douglas, seorang penulis muda kelahiran 14 Juli 1994 ini tinggal di Kabupaten Ogan Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, dan sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro Semarang. Profil lebih lengkap dari seorang penggila dunia sastra ini dapat kalian lihat di Facebook: Ricky DouglasTwitter: @RickyDouglasz, atau email : ricky_douglas@rocketmail.com Terimakasih.



0 comments:

Post a Comment

Silahkan, semuanya dapat berkomentar. Namun, jadilah komentator yang cerdik dan beretika ya :)