Wednesday, December 27, 2017

Kita Tidak Butuh Cinta, Melainkan Rasa Percaya.

BY Ricky Douglas IN No comments

Katamu malam itu--ketika mataku sudah berat dan lelah dengan hari ini--, "Aku tidak butuh cinta. Cinta bisa didapatkan di mana saja. Dari siapa saja. Keluarga. Teman. Sahabat. Siapa pun. Aku lebih menghargai dan butuh rasa percaya. Dan sayangnya, kau tidak pernah memberikan rasa percayamu padaku." 


Aku tertegun. Bingung harus menimpal kalimatmu dengan apa. Setengah setuju. Dan sisi lainnya terus mempertanyakan kebenaran kalimatmu. Lantas, salahkah aku dengan cinta berlebihku padamu? Dan, benarkah tidak ada rasa percaya sedikitpun yang kutaruh padamu? 


Baik. Aku ingat. Boleh aku menyanggah kalimatmu? 


Pada perpisahan setelah pertemuan awal kita, saat itu tanggal enam Juni, aku percaya kau akan menghubungiku kembali, ya, atau setidaknya antusias membalas pesan pertamaku padamu. Nyatanya, kepercayaanku tidak bertepuk sebelah tangan. Kau cukup antusias membalas pesanku, Bahkan, kau dengan rasa khawatir berlebihmu yang saat itu mampu membuat pipiku merona, sigap ingin mengantarku ke rumah sakit karena bibirku yang mulai merah dan membengkak. Aku senyum. Rasa percayaku berbuah manis. 


Dulu sekali, sebelum kau bertutur panjang lebar tentang kisahmu. Kesedihanmu karena dia. Sampai kau terlanjur memilih hengkang dari negri kita dan hijrah ke negri yang jauh di sana, aku sudah tahu semuanya... sayang. Matamu terlanjur memberi tahu semuanya. Gerak implusif pipimu yang begitu nyaman istirahat di dadaku pun memberitahukan kalau kau seorang yang pernah terluka dan sekarang sedikit tersesat. Aku percaya kau tidak seperti apa yang kau bicarakan. Kau bukan orang hina. Bukan pelacur. Bukan juga manusia dari neraka. Kau hanya orang yang pernah disakiti dan kini tidak percaya lagi akan cinta. Cinta yang membuatmu berbunga tapi ia pula yang menghancurkan indah kelopakmu. 


Yang kurasa saat itu bukan antusias ingin memilikimu, hanya saja, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian dengan lukamu. Kau bukan orang yang pantas dilahap kegelapan. Bukan orang yang tepat ditelan kesengsaraan. Sebuah cerita pendek kubuat untukmu. Tentang angan-angan rasaku yang kian tumbuh padamu. Kau boleh melihat kembali tulisan itu, aku yakin kau masih samar-samar mampu mengingatnya. Dan semenjak kau membacanya, hatimu mulai mencair. Sekali lagi, aku percaya padamu. Percaya kau mampu menghapus lukamu. Percaya kalau kita bisa menerima sesuatu yang lebih layak dari pada sebuah rasa pedih. 


Enam bulan kemudian, kau terluka kembali. Mungkin lebih dalam dari sebelumnya. Dan kali ini, bukan karena dia, melaikan karena aku! Aku yang kau bilang tidak pernah menaruh rasa percaya padamu. Aku yang kau bilang tidak pernah cinta padamu. Sayang, mari kita lihat ke dalam diriku yang terlalu kolot ini. Aku tidak suka minuman alkohol. Bukan penikmat club-club malam yang memanjakan para tamunya. Pun juga bukan orang yang pandai bergaul. Tapi, aku percaya padamu. Percaya pada duniamu yang selama ini ikut andil dalam kebahagianmu. Untuk pertama kali, aku merasakan dunia malam-mu. Melihat kau begitu lepas. Bahagia. Jujur, mataku terlalu awas memperhatikan orang sekitar yang kalau saja berniat aneh padamu. Tapi, aku percaya padamu. Aku tidak pernah melarangmu ketempat bahagiamu itu. Bukan karena aku tidak peduli, tapi aku percaya padamu. 


Kau mungkin tidak bisa melihat dan merasakan rasa percayaku. Atau mungkin rasa percayaku yang terlalu malu untuk bisa bersinggungan denganmu. Kau ingat berapa banyak masalah yang selalu hadir di antara kita? Sangat banyak! Dan karena rasa percayaku padamu, begitu juga sebaliknya, kita selalu berhasil kembali menemukan satu sama lain. Dan karena rasa percayaku padamulah, aku tidak pernah menelan bulat-bulat setiap kalimat sarkasmu padaku. Karena aku percaya kau cinta padaku. Masih cinta. Dan akan terus mencinta. 


Kemarin malam, saat mataku sudah berat dan lelah dengan hari ini, akhirnya aku menjawab pertanyaanmu, "Kita sama-sama terluka. Baik aku, maupun kamu. Kita pun sudah tahu obatnya apa. Lantas, apa yang kita tunggu?" 


---- 








0 comments:

Post a Comment

Silahkan, semuanya dapat berkomentar. Namun, jadilah komentator yang cerdik dan beretika ya :)