Dan, predikat
kurang ajar saja ternyata tidak puas melekat padaku. Ya, aku kurang ajar dan
bodoh! Merindukan sesuatu yang bukan milikku. Konyol. Ckh! Rasanya halusinasi
terlalu menjadi angan-angan yang diagungkan. Karena nyatanya, kenyataan begitu
biadap. Haha, biarlah!
Aku begitu
naif merindukan dia yang bukan milikku. Kenangan tentangnya saja hanya seujung
kuku yang mampu kuingat. Lantas, apa yang kurindukan? Aku dan dia sekalipun
bahkantak pernah bersua di bibir pantai. Menikmati arogansi manusia di tengah
kemacetan. Duduk diam dengan debar saat melihat layar bioskop. Menyantap sajian
yang cenderung tidak lebih lezat dari dia yang kuidamkan. Lalu, apa yang bisa kusebut
rindu jika hal barusan saja tak pernah benar-benar tercipta di antara
kita?
Mungkin aku
terlalu betah memikirkanmu dalam angan. Merindukanmu dalam melankolia
menyebalkan yang selalu membuatku sedih dan tertawa di waktu yang sama. Terus
meraba wajahmu dalam ingatan agar kau tak punah dalam kenangan, adalah tugas
wajibku belakangan. Agar wajahmu tak binasa dari otak kerdilku yang ternyata
hanya cukup bisa memenuhinya dengan namamu.
Sayangnya,
selepas aku memakai lagi baju dan celanaku--begitupun dengan kau, semuanya
berakhir. Dan beberapa uang dariku untukmu pertanda kita telah usai.
Terimakasih cinta satu malam!
0 comments:
Post a Comment
Silahkan, semuanya dapat berkomentar. Namun, jadilah komentator yang cerdik dan beretika ya :)