Thursday, April 2, 2015

Persimpangan Jalan.

BY Ricky Douglas No comments




Kepada : Wanitaku.
Di mana pun berada. Yang mungkin saat ini tengah terdiam di persimpangan jalan.  Menghela napas yang kian tersengal dan menyisakan basah di pelupuk.

Wanitaku,  saat ini takdir mempermainkan kita dengan banyaknya pilihan yang tersedia.
Mungkin hatimu telah tercabik dan tak utuh lagi, karena dirampas laki-laki lain yang tak sempat aku halangi langkahnya untuk merenggutmu.

Tak perlu lagi kau ungkit semua dari awal.
Rasa sakitmu, sesak yang tak cukup hilang hanya dengan menepuk-nepuk dada.
Atau berpura-pura senyum sekali pun.

Mungkin kau sempat bergandengan tangan dengan yang lain, aku relakan itu.
Lalu, sebuah pelukan mendarat ditubuhmu oleh laki-laki lain, aku bisa memahaminya.
Pelukan itu makin erat dan sebuah ciuman mendarat dibibirmu.
Rasa nyeri menjalar di sekujur tubuhku. Takdir tidak tercipta dan berpihak padaku untuk menangkapmu dari awal.

Mereka datang berarakan lalu pergi sesuka hati.
Tak terhitung lagi betapa rapuhnya hatimu saat ini.
Kau terduduk lelah mengikuti langkah cepat laki-lakimu saat itu.
Lalu bersandar pada pohon cemara di persimpangan jalan.

Kini yang kau lakukan hanya menungguku. Laki-lakimu.
Menunggu laki-laki dengan bahunya yang tak selebar saperti anganmu untuk menjadi tempat nyamanmu bersandar.
Menunggu laki-laki yang tangannya selalu bergetar dan tak mampu menyeka airmatamu, karena merasa bersalah terlalu lama membiarkanmu hampir membusuk.

Wanitaku, sayangnya aku tak pernah berhasil membaca peta keberadaanmu, yang selalu kau sematkan pada Tuhan-mu untuk membimbingku menujumu.
Aku tersesat.

Maafkan aku, wanitaku.
Sebelum kau menunguku terlalu lama, ada baiknya engkau tahu baik-buruk segalaku .Aku tidak seperti laki-laki lain yang hobi dari malam ke malam menjejakkan kakinya di tempat hiburan malam. Bukan pula laki-laki pemuja perempuan yang setelah menyesapnya ditinggalkan begitu saja. Aku jauh dari hingar-bingar dunia.
Tawaku hanya terpatri pada sajak-sajak buku yang mendamaikan sanubari.
Tempat favoritku adalah atap loteng. Setiap sore, aku mampu menjelajahi dunia dari buku-buku yang kubaca. Memandang langit dan mencoba merasakan keberadaanmu.

 Hatiku pun tak utuh lagi.
Dulu ada tangan wanita lain yang terulur padaku dan berhasil memindahkan aku dari kegelapan, lalu ia kembali menceburkanku ke dalam kegelapan itu pula. Aku ditendang. Dihempas. Diabaikan. Hatiku benar-benar kaku saat ini. Ingin rasanya segera berjumpa denganmu, wanitaku. Aku pun lelah menjadi sarang bagi siklus percintaan yang tak ada ujungnya. Masikah kau berpandangan tinggi kepada laki-lakimu setelah mendengar ini semua?

Aku tidak masalah,
 jika saat ini kau belum  mengenali alat dapur yang kelak menjadi tempat aku dan engkau duduk bersama melihat anak kita melahap santapannya.
Aku tidak masalah,
Jika harus bersabar setiap hari untuk menyantap masakanmu yang selalu gosong, terasa asin, atau pun pahit. Bagiku, niatmu untuk membahagiakanku jauh terasa lebih lezat.

Aku tak utuh lagi, wanitaku.
Sudah seringkali memeluk wanita lain untuk kutenangkan hatinya dalam dekapanku.
Aku tak utuh lagi wanitaku.
 Hatiku sudah seperti stasiun yang kerap menerima lalu membiarkan yang singgah untuk kembali pergi.

 Aku lelah terus mencarimu, wanitaku.
Izinkan aku untuk sejenak duduk istirahat di persimpangan jalan.
Senja memerah saat aku mulai duduk menyandarkan punggung di batang pohon.
Di atasku berpayung lebatnya daun cemara. Sisi wajahku terpapar sinar senja yang berhasil lolos dari celah dedaunan.

Persimpangan jalan yang ditumbuhi pohon ini perlahan membuatku terbuai.
Mataku terkatup. Dalam. Mencoba sejenak melupakan tangan tak kasat mata yang selalu menekan-nekan jantungku hingga membuat nyeri.

Mungkin, selama ini kita tidak pernah benar-benar terpisah jauh, wanitaku.
Kita hanya terlalu nyaman di persimpangan jalan masing-masing.
Dinina bobokan oleh rindangnya pohon tanpa pernah mencoba mencari tahu sisi lain di balik pohon tersebut.

NB : Puisi balasan untuk Roffie, haha. http://rokhaworld.blogspot.com/2015/04/persimpangan-jalan.html

0 comments:

Post a Comment

Silahkan, semuanya dapat berkomentar. Namun, jadilah komentator yang cerdik dan beretika ya :)