Monday, November 23, 2015

OSPEK KOTA JAKARTA. BAGIAN KE-2: MEMORI LAWAS

BY Ricky Douglas IN No comments



BAGIAN KEDUA: MEMORI LAWAS


Mata masih melotot. Gigi bergemetak. Detak jantung berdegub kurang ajar. Bagaimana jika benar-benar aku tak sempat mengambil koper sekarang. Di sanalah sebagaian pakaian yang nanti akan kukenakan di Jakarta. Pun juga ada beberapa kabel-kabel gagdet yang sangat penting.


Rahul, please ambilkan koper Anjali yang tertinggal di pos satpam, ucap batinku penuh kesedihan. Kepedihan. Kepahitan.


Tapi, tidak. Tak ada gunanya menggantungkan hal apa pun pada orang lain. Dengan gesit aku turun ke peron dan kembali ke ruang tunggu penumpang. Suara kereta kembali terdengar, para petugas pun melakukan gerak-gerik yang menunjukkan kereta segera pergi. Lariku makin kencang, dengan sigap, tangkas, perkasa, aku menyambar koper yang berdiri kokoh di pos satpam. 


“Pak, kopernya saya ambil ya. Makasih.” Tanpa menunggu balasan si Bapak, aku pun berlari masuk peron.


Ah, keretanya mulai bergerak. Sekuat tenaga, aku menggendong koper. Dan, hap. Berhasil. Kaki kokoh berbulu domba milikku pun mampu menginjak pintu masuk gerbong kereta. Huh, hari ini tidak benar-benar buruk ternyata. 


C3. Itulah nomer yang tertera di tiket-ku. Berharap sekali orang yang duduk didekatku nanti adalah orang yang se-orang-orangnya. Nah kan jadi ribet ngomongnya. Maksudku, orang sebelah semoga tidak memiliki bau badan yang berlebihan, tidak rese, dan tentunya bukan pecuri hihihi. 


“C3...c3...c3...,” ucapku pelan sambil menoleh kiri kanan. “Ketemu!” 


Segera, tanpa ba-bi-bu-be-bo lagi, kududuki kursinya. Hm, orang sebelahku belum ada, mungkin dia akan naik di stasiun berikutnya atau malah orangnya sedang tersasar? Entahlah. Tak selang berapa lama, Bapak-bapak bangkotan berpakain hitam mendakatiku. Ia tersenyum lalu menggeletakkan pantat di kursi sebelah. Ha, untung beliau sepertinya orang baik-baik, jadi bisa menikmati perjalanan. 


Kereta terus saja melaju. Dari jendela, aku mampu melihat bangunan kota Semarang yang bergerak cepat. Aku telah meninggalkan mereka di belakang. Bangunan-bangunan yang tentu bersejarah bagiku. Untuk menghibur dari rasa sakit mendadak, kuputar lagu dengan headset melekat di lubang telinga. Dan, ahh aku lupa kalau hape-ku hanya ada satu lagu, dan itu pun kiriman teman lewat WhatsApp. Tapi, tak apa. Tetap saja kudengarkan lagu yang artinya hanya sedikut kumengerti. 


Semarang, walaupun aku tak besar di sini, tapi dalam jangka tiga tahun ini kau benar-benar memberiku segalanya. Pertemuan. Pertemanan. Sahabat. Keluarga. Kau memberiku canda. Tawa. Tangis. Dan kini hal terakhir yang mampu kau tawarkan adalah perpisahan. Aku bahagia karena kini telah memiliki dua kampung halaman. Palembang dan Semarang. Tapi jujur, untuk benar-benar pindah dari kota-mu ini rasanya sungguh berat. Lebih berat dari putus sama mantan terakhirku. Lebih berat daripada sidang fakultas sekalipun. Bahkan lebih berat daripada kebelet pup tapi masih harus menahan karena tak ada toilet. Seberat-beratnya perpisahan adalah meninggalkanmu, Semarang. 



Aku menemukan semuanya di sini. Bertemu makhluk pertama bernama Kamal, Maratus, Rani, lalu Titus. Aku pun akhirnya memiliki apa yang mereka sebut genk, Yah, Untitled. Kisah klasik yang sering terjadi cinta sesama sahabat di antara kami. Aku rindu masa di mana muka lugu dan riuh gurih tawa mereka menemani. 


Setelahnya, kau hadirkan empat laki-laki di hidupku untuk membentuk suatu band. Kami menamai diri sebagai FIMEE. Meskipun sekarang tak ada rimbanya, setidaknya terimakasih buat kalian; Dimas, Robi, Tito, Rendy, yang sudah mempercayakan aku sebagai vokalis band. 


Tak bersalang, kau tambahkan lagi warna di hidupku. BUIH pun muncul. Anak-anak gila, gokil, absurd yang kutemui dari seni teater kampus. Dari mereka aku belajar caranya tertawa lepas tanpa beban. Pergi sejauh mungkin untuk mengolah rasa. Bayusuta, KP, dan semuanya, kalian akan selalu tersimpan. 


Dan, ah, di masa-masa tua-ku sebagai Mahasiswa, aku diberi lagi satu cobaan yang sungguh terasa berat bagiku. Semarang, kenapa kau hadirkan lagi orang-orang yang begitu kucinta untuk nantinya kutinggalkan. Mereka bernama TwoPiece. Aku yang memberi nama. Alasanya klise, aku sangat suka dengan anime One Piece karena pertemanan mereka yang solid. Dan dengan harapan yang sama, nama 2piece pun kusematkan pada ke-delapan temanku. Dari kalian aku mengerti betapa indahnya pertemanan. Kita bukan lagi sahabat. Tapi kita keluarga. Dengan kalian, aku merasa nyaman dan aman. Sungguh, aku benci jika mengulas tentang kalian, karena air mataku mungkin akan turun lagi. 


Di dalam kereta ini kuputar satu video yang sengaja kubikin baut 2piece. Potongan photo dan video yang kurangkum jadi satu. Di dalam video, aku melihat jelas raut bahagia kita. Ah, malu sekali dengan bapak di sampingku ini, mungkin ia sudah menyadari tangisan pecah dari mataku. Aku berpaling menghadap jendela, berusaha menyembunyikan tangis dan sesak yang benar-benar menyakitkan. Video tentang kalian masih terus berputar di laptop dengan backsound lagu Pertepan semua tentang kita dan juga iringan isak tangisku.     


Dan sialnya lagi, beberapa orang kembali hadir di hidupku. Untuk kesekian kalinya, aku pun terlanjur sayang dengan mereka. Ini teman-teman casting Semarang. Momi Ivon, Momi Ida, Bunsal, Momi Netty, Mommi Novi, Mas Alam, Mas Caisar, Mba duo Dian, Wielina, Berlian, Alisha, Mba Ranny, dan semua Crew IMPRO. Dari mereka aku mengerti tentang perjuangan menggapai cita-cita. Belajar memusnakan persaingan tidak sehat. Belajar tulus iklash berbagi ilmu. Keluarga baru yang benar-benar memberi sejuta ilmu. 


Aku kira di detik-detik terakhir-ku di Semarang sudah tak ada lagi kumpulan orang yang akan membuatku nyaman. Tapi, aku salah. Bertemulah aku dengan anak-anak pencak silat Merpatih Putih Semarang. Meski aku tak paham apa arti diriku di mata mereka, tapi setidaknya aku sadar kalau tulus ingin mengenal mereka jauh lebih dalam. Aku suka saat dengan baiknya Bang Ipul yang menemani menjual motor. Bahagia dan simpatik mendengar cerita panjang lebar Wawan tentang masa lampau, masa sekarang, dan masa depan dirinya. Dan juga tersenyum riang saat bercanda dengan semuanya. 


Terimakasih juga untuk someone yang namanya sudah tiga tahun ini selalu di hatiku. Dari awal di semarang sampai akhir kepergianku pun hanya dia yang mampu menyentuh hatiku. Dia seorang. Tak pernah berubah sejengkal pun. Maafkan aku yang hanya bisa melihatmu diam-diam. Mengagumimu dari kejauhan. Mencandui senyummu setiap saat. Maafkan aku yang tak pernah memperjuangkanmu sedikit pun. Bukan tak mau, hanya saja, aku memang menikmati cinta dengan cara seperti ini. Meski hal yang kusebut cinta telah menjadi lentera padam yang sukar menyala, tapi tak apa. Aku tetap akan mencari sinarnya. Maaf untuk tidak bisa mengucapkan kalimat perpisahan padamu. 



Terimakasih tiga tahun ini, Semarang.
Di dalam kereta, mata semakin mengantuk. Dan tanpa sadar aku beberapa kali terbangun, terjaga, terbangun lagi, dan terjaga lagi. Inilah keadaan kereta yang kunaiki. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2ELJzokP9jQvF3AOi003t0QtG9YtE4f-JTCkMPUgRoD2E_lk-ZyDMHWBxjlLwKjdlAPY8_3ZmOnELj5tOVN4LcGvQSJdt-S6GTo9_gRQvyCaAFbConuJELJK1cLbUiJGhweqlrLdCsvg/s320/IMG_0901.JPG
Kondisinya tak buruk. Kursi nyaman. Pendingin udara mantab sekali. Ha, meskipun tadi pagi ketinggalan keretea, rasanya aku tak menyesal menaiki kereta yang ini. Aku senyum-senyum sendiri melihat tiket di genggamanku. Lalu kuciumi terus tiketnya. Kurekatkan dengan bibir tipisku yang menggemaskan (Kata Heldy) buahahaha. 


Tapi, ada yang berbeda. Rasanya, aku melihat tulisah aneh di secarik perahu kertas ini. Kuteliti lagi semua kalimat yang ada di tiket. 

Berangkat: Semarang Tawang (SMT). Kamis 19 November 15, 11:30 WIB. 


Oke, pada bagian ini tak masalah. Lanjut ke tulisan di bawahnya. 


Tiba: Gambir, Kamis 19 November 15, 17:00 WIB. 


WHAT??? GAMBIR??? Bukannya stasiun akhir tujuanku adalah Pasar Senen??? Agrrrrhh!!! BERARTI AKU SALAH NAIK KERETA???!!!

           

*Bersambung

Baca PART 3 (DI SINI)


0 comments:

Post a Comment

Silahkan, semuanya dapat berkomentar. Namun, jadilah komentator yang cerdik dan beretika ya :)